Oleh: Jauhari, S.Ag., MEI (Jamaah Haji Al-Gratis 2024 dan Dosen di beberapa PT)
Makkah – potretrealita.com, Tepatnya hari Ahad 9 Juni jam 14.00 tahun 2024 kami, dari KBIHU Al-Gatis Rombongan Embarkasi Juanda kloter 101 _take off_ meninggalkan Surabaya menuju Bandara Jeddah. Sesampainya di Jeddah kami langsung menuju hotel dimana jam menunjukkan sekitar jam 03.00 dini hari. Setelah kami kemas-kemas di dalam hotel yang terletak di daerah Misfalah kami pun bersiap-siap untuk langsung melakukan umroh wajib.
Demikian pun hari-hari selanjutnya dengan penuh keikhlasan dan memohon bimbingan Allah kami semua melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang menunjang kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji.
Beberapa diantaranya adalah pemantapan tentang manasik haji yang dikupas langsung oleh Sang pembimbing yakni Dr. KH. Mohamad Djasuli. Secara detail dan tuntas beliau sampaikan materi² haji dengan membaca dan mengutip langsung dari kitab karangan ulama yang terkait dengan masalah dimaksud.
Kegiatan² tersebut digelar di lorong hotel. Kegiatan² tersebut merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab beliau demi memastikan bahwa jemaah yang beliau bimbing paham betul dan sempurna dalam pelaksanaan ibadah haji.
Dalam setiap bimbingan yang beliau kemas berbentuk pengajian, sering keluar kalimat dari lisannya,
“Saya kecewa kalau bapak ibu main-main. Sebagai manusia saya capek. Makanya kita harus serius dan tidak main-main. Ini masalah ibadah yang harus saya pertanggungjawaban kepada Allah SWT. Demikian tradisi dan pesan almarhum KH Amin Cholil Yasin, pendiri KBIHU Al-Gratis, yang semuanya saya duplikasi dalam setiap bimbingan dan kebijakan yang saya ambil.” pungkas beliau.
Berlanjut pada masalah ibadah haji, pada tanggal 8 Dzulhijjah kami bergeser dari hotel menuju Arafah untuk melakukan kegiatan yang wukuf di Arafah.
Besoknya, tepatnya jam 12.30 WAS, di hari dan tanggal yang sama kami melanjutkan kegiatan, yakni melakukan wukuf di Arafah yang didahului dengan pembacaan khutbah Arafah yang disampaikan oleh KH Muhammad Ali Ghafir.
Dengan adanya khutbah Arafah itu semakin lengkaplah kemantapan kami, terutama ketika kami sadar betul bahwa bergabungnya kami di KBIHU Al-Gratis menjadi bukti bahwa pelayanan pelayanan yang diberikan KBIHU AG cukup mengungkit kesadaran kita bahwa serangkaian pelaksanaan ibadah haji adalah kegiatan murni ibadah yang seharusnya tidak diisi atau diselipi oleh kepentingan-kepentingan bisnis.
Hal itulah yang sering disampaikan oleh KBIHU Al-Gatis, Dr KH Mohamad Djasuli. Pada hari Sabtu, tepatnya malam 10 Dzulhijjah kami bergeser ke Arofah lanjut ke Muzdalifah untuk mabit sebentar sambil mengumpulkan sejumlah kerikil yang akan digunakan untuk melempar jumrah, dan pada jam 03.00 waktu Arab Saudi kami bersama rombongan melanjutkan perjalanan menuju Mina. Sampai di Mina sekitar jam setengah empat atau 03.30 dini hari.
Setelah berkemas-kemas pembimbing pun mengarahkan kami untuk segera bersiap-siap. Di waktu yang sama pada malam itu pun kita melakukan lempar jumroh aqobah yang dilanjutkan dengan Tahallul Awal.
Walaupun kegiatan ritual ibadah haji belum sepenuhnya selesai karena memang harus menunggu pelaksanaan lempar jumroh pada tanggal 11 12 dan 13 Dzulhijjah kemudian dilanjutkan dengan melakukan tawaf ifadah, Sai dan tahallul Tsani.
Sampai pada detik itu kami menemukan atau merasakan satu pancaran nilai-nilai spiritualitas yang kadang-kadang membuat kami tidak bisa menahan air mata dan tumpah ruah karena begitu terasa betapa tergantungnya kami kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hidup dalam kesabaran, ketulusan dan tawakal yang utuh menjadi syarat mutlak yang harus selalu disandarkan betapa kecilnya kita di hadapan Allah. Sangat terasa bahwa betapa kuasa Allah sangat mutlak dan kekuasaan-Nya melampaui keterbatasan² keangkuhan hamba-Nya. Melalui prosesi ritual haji ini kita pun memahami dan sadar diri bahwa kita sungguh sebagai hamba-hamba Allah yang sangat lemah, hamba-hamba Allah yang terkadang sombong dan angkuh karena merasa memiliki kelebihan diantara hamba-hamba Allah yang lain.
Melalui ritual ibadah haji inilah kemudian kesombongan-kesombongan manusiawi yang kita miliki dipaksa tunduk dan patuh terhadap kehendak dan kuasa Allah SWT. Mudah-mudahan nilai-nilai itu akan menjadi sebuah ikhtiar transformatif kita untuk senantiasa bermuhasabah diri, menimbang dan mengingat akan segala kesalahan dan dosa-dosa kita, sehingga sepulang dari ibadah haji, kita lahir sebagai seorang hamba yang jauh lebih baik daripada sebelumnya, terutama mendapatkan predikat haji mabrur. Walaupun pelaksanaan ibadah haji belum selesai, namun sampai detik ini sudah cukup menyadarkan kita bahwa kita tidak bisa apa² kecuali mendapatkan pertolongan Allah SWT…..
Minggu,16 Juni 2024.
Buya Dr. Mohamad Djasuli,(Pengasuh PPM Tebu Falah Telang Kamal)